Buletin At-Tauhid edisi 35
Hasad adalah kata yang jarang terdengar dalam bahasa Indonesia, namun sering diucapkan dalam bahasa Arab, diantaranya pada ayat terakhir surah Al Falaq. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan dari kejahatan orang yang hasad apabila ia hasad.” (QS. Al Falaq : 5)
Definisi Hasad
Hasad lebih sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan ungkapan iri hati atau dengki. Hasad adalah rasa tidak suka di dalam hati ketika orang lain mendapat nikmat dari Allah. Jadi semata-mata memiliki rasa tidak suka sudah tergolong hasad, tidak harus diiringi dengan harapan hilangnya nikmat tersebut. Dengan membenci datangnya nikmat kepada orang lain, maka itulah hasad, baik ia mengharapkan hilangnya nikmat tersebut dari orang yang jadi sasaran hasadnya atau tidak.
Larangan Hasad
Para pembaca yang budiman, hasad adalah penyakit hati yang dapat mendera siapa saja. Biasanya terjadi kepada orang yang memiliki profesi atau tujuan yang sama. Misalnya sesama pedagang, sesama dokter, sesama professor, sesama penuntut ilmu, sesama ustadz, sesama kiyai, bahkan sesama ulama.
Seorang muslim yang baik tidak sepantasnya merasa bahwa dirinya selamat dari sifat hasad. Namun ia sepantasnya berlindung kepada Allah dari sifat iri hati dan hasad ini karena itu adalah sifat tercela, penyakit hati, sifat hakiki yang dimiliki oleh kaum yahudi, dan dapat merusak amal. Allah melarang seseorang untuk iri hati kepada nikmat yang Allah lebihkan kepada orang lain.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatau.” (QS. An Nisaa : 32)
Penyebab Hasad
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, poin berikut akan membahas beberapa sebab munculnya sifat hasad pada diri seseorang.
1. Tidak bersyukur atas nikmat Allah
Orang yang hasad adalah orang yang tidak pandai bersyukur. Ia masih membandingkan nikmat yang Allah berikan kepadanya dengan nikmat orang lain. Seakan-akan Allah memberikan nikmat lebih kepada orang lain. Padahal nikmat yang Allah berikan pada dirinya, adalah yang terbaik bagi dirinya.
Sebagai contoh, ia dengki ketika tetangganya memiliki kendaraan baru. Padahal boleh jadi ketika ia yang diberikan nikmat kendaraan baru, justru ia gunakan untuk maksiat kepada Allah.
2. Buruk sangka kepada Allah
Orang yang hasad akan menganggap Allah tidak adil. Ia berpikir kenapa Allah berikan nikmat itu pada orang lain, namun tidak padanya?
Bahaya Sifat Hasad
Para pembaca yang semoga dimuliakan oleh Allah, hasad memiliki banyak keburukan apalabila seorang muslim terjangkiti penyakit ini. Diantaranya adalah :
1. Penyebab hati menjadi sakit
Hasad adalah sifat tercela yang menyebabkan hati seseorang menjadi sakit. Ketika seseorang terjangkit hasad, maka ia akan melakukan kemaksiatan yang dapat menyebabkan sakitnya hati. Terkadang seseorang tidak sadar hatinya sedang sakit karena berprasangka buruk kepada Allah. Kalau keadaan ini dibiarkan, sangat dikhawatirkan akan menyebabkan su-ul khatimah (mati yang jelek).
2. Ingkar kepada takdir Allah
Orang yang hasad pada hakikatnya tidak menyukai takdir yang telah Allah berikan pada dirinya. Ia tidak ridha dengan nikmat yang Allah tentukan untuk dirinya dan orang lain.
3. Kufur nikmat kepada Allah
Orang yang selalu membandingkan nikmat yang telah Allah berikan, sungguh ia telah menganggap Allah tidak adil. Ia merasa nikmat yang Allah berikan pada dirinya kurang, hingga jadilah ia sebagai orang yang tidak bersyukur dengan nikmat Allah.
4. Melahap kebaikan seseorang
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa hasad itu ibarat api yang membakar kayu bakar. Karena orang yang hasad biasanya mencari celah orang yang ia sikapi dengan hasad sehingga melanggar syariat dan menyebutkan kejelekannya, bahkan berusaha menghilangkan nikmat yang ada pada diri orang lain. Sehingga habislah amal baiknya karena sifat hasadnya.
5. Menyebabkan hati yang sengsara
Orang yang hasad akan sengsara hatinya karena hidupnya dipenuhi prasangka yang bermacam-macam akibat nikmat yang Allah berikan pada selain dirinya. Ia akan bersusah hati jika nikmat yang Allah berikan pada orang lain, tidak ia dapatkan.
6. Menyerupai kaum yahudi
Hasad adalah salah satu sifat khas kaum yahudi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia bagian dari mereka” (HR. Ahmad dan Abu Dawud, derajat : shahih)
7. Tanda iman belum sempurna
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak sempurna iman kalian sampai kalian mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika seseorang mendapatkan nikmat dari Allah, tentu ia tidak suka jika orang lain merasa tidak senang dengan nikmat tersebut. Bahkan ia akan lebih tidak suka lagi jika orang lain mengharapkan nikmat tersebut hilang dari dirinya. Demikian juga yang diharapkan orang lain dari diri kita ketika mereka memperolah kenikmatan.
8. Sibuk dengan perkara yang melalaikan
Orang yang hasad akan sibuk mengurusi urusan orang lain, bahkan sampai lupa bahwa ada dirinya sendirilah yang lebih layak untuk diurusi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Diantara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak ada manfaat bagi dirinya.” (HR. Tirmidzi, derajat : hasan)
Terapi Penyakit Hasad
Para pembaca yang budiman, sebenarnya jika kita tahu, bahwa nikmat yang telah Allah berikan kepada orang lain tidak akan mungkin bisa hilang tanpa kehendak Allah. Lantas kenapa dalam diri ini masih ada penyakit hasad? Berikut sedikit tips untuk membentengi diri kita dari penyakit hasad :
1. Merasa qana’ah dengan nikmat yang telah Allah limpahkan
Qana’ah adalah merasa cukup dengan nikmat yang telah Allah berikan. Dengan sikap qana’ah, maka ia akan menjadi hamba yang bersyukur. Ia akan tersibukkan dengan nikmat yang Allah berikan pada dirinya, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk mengurusi nikmat orang lain.
2. Senang jika saudaranya mendapat nikmat
Jika diri ini mendapat nikmat, tentu diri ini akan senang. Begitu juga jika saudara kita mendapat nikmat dari Allah, sudah sepatutnya juga kita ikut senang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tidak sempurna iman kalian sampai kalian mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Memiliki sifat tawadhu’
Sejatinya, nikmat yang Allah berikan adalah titipan dari Allah, bahkan nikmat tersebut adalah ujian. Hendaknya seseorang memiliki sifat tawadhu’/rendah hati sehingga ia tidak perlu merasa iri hati atau menyombongkan diri.
4. Menjauhi sifat tamak dan rakus
Hendaknya seseorang zuhud dengan perkara dunianya, sehingga ia tidak terus-menerus disibukkan dengan mencari kenikmatan dunia semata.
5. Banyak mengingat mati
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Seorang yang memperbanyak mengingat mati, niscaya akan sedikit gembiranya dan sedikit pula sifat hasadnya” (Hilyatul Auliya, 1/220)
6. Banyak berdoa kepada Allah
Hanya Allah lah tempat bersandar dan meminta pertolongan agar kita dijauhi dari sifat hasad.
Ada Hasad yang Dibolehkan
Para pembaca sekalian, ternyata ada hasad yang dibolehkan, dan dalam kasus ini bukanlah hasad yang tercela. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak boleh hasad (ghibthah) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Jika orang lain Allah berikan nikmat untuk dimudahkan dalam melakukan kebaikan (semisal dalam hadits di atas), hendaknya seseorang ghibthah (berniat mendapatkan nikmat tersebut) dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan.
Penutup
Sebagai penutup, penulis akan nukilkan perkataan Syaikul Islam Ibnu Taimiyah terkait dengan hasad. Beliau berkata, “Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad. Namun orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya, sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya.” Wallahul muwaffiq
Penulis : Wiwit Hardi P (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman, B.I.S